Design Week Dunia 2025 Banjir Inovasi dan Gaya

desicodesign – Minggu ini, jagat desain internasional kembali ramai diperbincangkan. Di berbagai belahan dunia, ajang-ajang Design Week 2025 sedang bergulir dan mencuri perhatian para pelaku industri kreatif, desainer profesional, hingga pecinta seni visual. Mulai dari Eropa, Asia, hingga kawasan Skandinavia, tren desain global tahun ini menunjukkan arah baru: lebih berani, lebih inklusif, dan jauh lebih berkelanjutan.

Rangkaian festival kreatif 2025 ini tidak hanya menjadi tempat pamer karya, tetapi juga wadah untuk berbagi gagasan lintas budaya. Event-event bergengsi seperti Milan Design Week, London Design Biennale, Design Shanghai, hingga 3daysofdesign Copenhagen telah membanjiri dunia desain dengan inspirasi yang segar dan revolusioner.

3daysofdesign Copenhagen: Keaslian dan Keterbukaan

Salah satu highlight tahun ini datang dari jantung Skandinavia, yaitu 3daysofdesign di Kopenhagen. Mengangkat tema “Keep It Real,” event ini mengajak publik untuk menengok ke belakang—menghargai keaslian material, kejujuran proses, dan pentingnya memperlihatkan karya dari fase awal hingga jadi.

Berbeda dari event desain konvensional yang memamerkan produk jadi, 3daysofdesign justru memberi ruang pada prototipe setengah jadi agar publik bisa memahami proses kreatif di balik layar. Beberapa desainer bahkan menggelar sesi interaktif dengan pengunjung, membedah bahan, teknik, dan inspirasi yang membentuk karya mereka. Ini menandakan bahwa desain bukan sekadar hasil akhir, tetapi perjalanan.

Design Shanghai: Simfoni Timur dan Barat

Di sisi lain dunia, Design Shanghai kembali membuktikan bahwa Tiongkok telah menjelma sebagai kekuatan baru dalam dunia desain. Tahun ini, lebih dari 600 desainer lokal dan internasional berpameran dalam empat zona utama yang mencakup desain interior, material inovatif, teknologi rumah pintar, dan gaya hidup berkelanjutan.

Yang paling menonjol adalah eksplorasi material baru yang berbasis biomassa, seperti serat ganggang laut dan tanah liat hasil reklamasi. Tak hanya itu, konsep arsitektur hijau juga mencuri perhatian dengan menghadirkan mockup bangunan vertikal hutan di pusat kota. Design Shanghai menunjukkan bahwa keberlanjutan dan teknologi bukan dua hal yang bertentangan—justru saling melengkapi.

Milan Design Week: Teater Estetika

Sebagai salah satu ajang desain paling bergengsi di dunia, Milan Design Week 2025 tidak pernah kehabisan kejutan. Tahun ini, panggung utama Milan dipenuhi karya-karya dengan gaya teatrikal, eksperimental, dan berani. Palet warna hiper-kontras seperti fuchsia, toska terang, dan kuning neon mendominasi hampir semua instalasi.

Tidak hanya menampilkan keindahan visual, Milan Design Week juga menyentuh sisi emosional pengunjung lewat ruang-ruang yang dirancang seperti teater interaktif. Beberapa brand papan atas menggandeng seniman visual dan koreografer untuk menciptakan ruang yang bisa “dihidupkan” oleh gerakan manusia.

London Design Biennale: Desain Sebagai Dialog

Di Inggris, London Design Biennale hadir dengan semangat kolaboratif lintas negara. Mengusung tema “Surface Reflections,” acara ini menjadi ruang dialog antarbudaya melalui instalasi seni, film, dan desain eksperimental.

Salah satu paviliun yang mencuri perhatian datang dari Nigeria yang mengangkat kisah identitas kolektif melalui dokumentasi visual. Paviliun Oman juga tak kalah memukau dengan menghadirkan teknologi penyimpanan data digital dalam bentuk gerabah tradisional. London Design Biennale sekali lagi membuktikan bahwa desain bukan hanya tentang estetika, tapi juga ekspresi identitas dan refleksi sosial.

Arah Baru dalam Desain Berkelanjutan

Seluruh rangkaian event desain tahun ini menunjukkan bahwa keberlanjutan sudah bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Banyak karya dan instalasi yang berfokus pada penggunaan material ramah lingkungan, daur ulang, dan efisiensi energi.

Salah satu tren menarik adalah penggunaan dinding berbahan jamur (mycelium) yang tidak hanya kuat dan ringan, tetapi juga mampu menyerap polusi udara. Selain itu, desain interior mulai beralih dari cat berbahan kimia menuju finishing berbasis mineral yang lebih sehat dan aman.

AI dan Desain: Kolaborasi Masa Depan

Tahun 2025 juga ditandai oleh meningkatnya peran AI dalam proses desain. Beberapa perusahaan teknologi besar bahkan mulai mengembangkan sistem AI yang dapat membantu dalam pemetaan ide, simulasi material, hingga analisis struktur visual.

Meskipun ada kekhawatiran bahwa AI akan mengurangi unsur “manusiawi” dalam desain, banyak desainer justru melihatnya sebagai alat bantu untuk memperluas imajinasi dan efisiensi. Kolaborasi antara manusia dan mesin tampaknya akan menjadi paradigma baru dalam dunia kreatif.

Talenta Muda yang Bersinar

Desain tahun ini juga diramaikan oleh talenta-talenta muda yang tampil bersinar di panggung internasional. Salah satu contohnya adalah Lulu Harrison, peraih Ralph Saltzman Prize berkat proyeknya “Thames Glass.” Dengan memanfaatkan limbah lokal seperti cangkang kerang dan tulang ikan, ia menciptakan kaca eksperimental yang estetis sekaligus ekologis.

Pengakuan terhadap desainer muda seperti Lulu menjadi bukti bahwa dunia desain tidak lagi eksklusif bagi nama besar saja. Inovasi bisa lahir dari siapa saja yang berani keluar dari batas tradisional.

Penutup

Design Week 2025 benar-benar menjadi panggung megah bagi kreativitas global. Dari Kopenhagen hingga Shanghai, dari Milan hingga London—semua menunjukkan satu benang merah: desain bukan sekadar produk atau gaya, melainkan ekspresi, solusi, dan identitas.

Dengan tren desain global yang semakin inklusif, berkelanjutan, dan berbasis teknologi, masa depan desain tampak lebih cerah dan manusiawi. Ini bukan hanya tentang mengikuti tren, tetapi bagaimana kita merancang dunia yang lebih baik—satu ide, satu karya, satu desain pada satu waktu.